Apakah arti White lies? Kebohongan putih?
Sebagian dari kalian pasti sudah cukup familiar dengan istilah white lies, atau malah belum? Jadi apasih arti dari white lies itu sendiri? Apa benar-benar sebuah kebohongan yang berwarna putih?
Lebih lengkapnya simak artikel berikut sampai habis ya!
Apasih White lies itu?
Mengutip dari merriam-webster.com “white lie is a lie about a small or unimportant matter that someone tells to avoid hurting another person.” Atau dapat dikatakan jika white lies adalah suatu kebohongan yang dibuat demi kebaikan orang lain.
Misal, seseorang sedang belajar membuat kue dan meminta kita untuk mengomentarinya, tapi ternyata hasilnya masih kurang bagus dan rasanya juga kurang memuaskan, namun kita tetap mengatakan jika kuenya cantik dan enak demi tidak menyakiti hati orang tersebut.
Atau saat kita tetap mengatakan hal-hal yang baik seperti “bagus” dan “kerenn” kepada teman yang merubah gaya rambut atau style pakaiannya, walaupun kelihatan kurang cocok demi menjaga perasaannya. Keduanya termasuk dalam white lies.
Atau engga, tetep bilang enak pada masakan orang terkasih walau sebenarnya keasinan, nah sekarang sudah familiar pasti. Tapi apakah sebenarnya hal seperti itu beneran baik?
Apakah white lies selalu berarti baik?
Meskipun kelihatan baik karena kita berbohong untuk menjaga perasaan orang lain, atau “demi kebaikan” orang tersebut, namun satu kebohongan kecil tetaplah sebuah kebohongan. Bagian terburuknya adalah kita akan menutupi suatu kebohongan dengan kebohongan baru, dan terus berlanjut.
Mengatakan enak pada masakan yang sebenarnya kurang enak atau mengatakan keren pada style teman yang sebenarnya kurang cocok hanya akan membuat orang yang kita bohongi tidak mengerti jika ada “yang salah” dengan mereka. Kuncinya adalah jangan berbohong hanya karena ingin lari dari tanggung jawab untuk mengatakan hal yang sebenarnya.
Kalau tidak boleh berbohong namun juga tidak ingin menyakiti hari orang lain, apa yang bisa kita lakukan?
Hal yang dapat kamu coba lakukan daripada mengatakan white lies
Untuk beberapa kondisi memang tidak mengapa jika sesekali mengatakan white lies asalkan waktunya juga tepat, namun daripada menjadikannya sebuah kebiasaan, akan lebih baik jika kita mengatakan kebenarannya dengan komunikasi yang asertif.
Asertivitas merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargaii hak-hak serta perasaan orang lain.
Baca Juga:
- 5 Fakta Menarik Tentang Samurai dan Samurai Wanita!
- Mengenal Negative Selftalk, Dampak, dan Cara Mengatasinya
- Modal Menulis di Media Massa
- 5 Tips Mengatasi Sifat Suka Menunda-Nunda
- 3 Prinsip Hidup ala Stoisisme, Filsafat Romawi Kuno
Daripada berbohong dengan mengatakan jika kue yang dibuat cantik atau enak saja, kita bisa mengatakan, “kue yang kamu buat sudah cukup baik, namun saya sendiri lebih menyukainya jika ditambah sedikit hiasan di sisi ini agar lebih menarik” atau “krimnya enak tapi agak terlalu manis untuk saya”.
Selain mengatakan hal yang sebenarnya, dengan menggunakan komunikasi asertif kita juga dapat memberikan masukan jika ada hal yang dirasa kurang pas, bukan hanya memberikan sebuah pujian palsu. Seperti yang sering kita dengar “komunikasi adalah kunci”, dan komunikasi asertif adalah sebuah alternatif yang dapat diambil daripada mengatakan sebuah white lie.
Bagaimanapun kebohongan tetaplah bukan hal yang baik, meskipun “demi kebaikan”. Jujur tetaplah satu hal yang lebih baik dilakukan, tapi juga harus dengan cara yang tepat ya sahabat Bunyu agar tidak menyakiti perasaan siapapun.
Tetap saja dibohongi itu gak enak, lebih baik terbuka daripada dibohongi dalam bentuk apapun, rasanya gak enak.
ردحذفإرسال تعليق
Silahkan berikan komentar anda...